RSS

Friday 14 October 2011



tak bisa berkata satu kata pun,
ketika tangan lincah menggerakkan tenaganya.

ini tentang kamu teman,
mungkin salah duga, saudara.
karena kekuatan kita ada dikata itu.

saudara,
tak ingin kata itu hanya sepihak tanpa makna,
atau hanya sebuah ilustrasi belaka yang penuh rekayasa.

Ditengah asa yang menggebu untuk mecetak jejak,
aku menemui mu dititik itu.
saudaraku


saudaraku,
ditengah diri yang masih berlari.
aku pikir aku bisa istirahat sejenak,
melepas lelah, bukan untuk meminta minuman.
aku merasa dirimu tempat yang sempurna,
sekurangnya untuk memberikan udara segar.

***

Hidup kita memang berwarna, saudaraku.
Mungkin roda ini yang berputar perlahan.
tempat mu yang sempurna itu,
mungkin sudah tak tearawat lagi sepertinya.

Tapi ini mungkin masalah jiwa,
masalah hati yang belum sepenuhnya tertaut.
mungkin doa rabithah kita yang belum khusuk.
lantunkan kemabali saudaraku dengan sebesar cinta yang kau miliki

Ya Allah….Sesungguhnya Engkau tahu bahwa hati ini telah berpadu ,berhimpun dalam naungan cintaMu, bertemu dalam ketaatan, bersatu dalam perjuangan, menegakkan syariat dalam kehidupan, Kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya, terangilah dengan cahayaMu, yang tiada pernah padam, Ya Rabbi bimbinglah kami. Lapangkanlah dada kami, dengan karunia iman dan indahnya tawakal padaMu, hidupkan dengan ma’rifatMu, matikan dalam syahid di jalan Mu, Engkaulah pelindung dan pembela….

aku tak peduli,
tulisan ini akan menggugahmu atau tidak.
akan menarkimu atau tidak.
yang kupentingkan adalah tasbih ukhuwah yang tak pernah putus,
sebuah jaringan kuat dengan kekuatanNya.

Mungkin semua ini baru dimulai saudaraku,
berharap di Jannah semua terjawab.


14 0ctober 2011 pkl 22:14
saudaraku, andai kamu tau apa yang ada dihatiku..
Ana uhibbuki fillah y ukhty.. ^^

Thursday 13 October 2011

di sebuah mushala

aku kembali bersandar disini
disudut tempat pemenang hati,
aku kembali menjumpaimu disini
walaupun begitu galaunya hati,

entah mengapa kau tampak selalu gagah
meski sesederhana itu,
mengapa juga kau selalu terlihat tenang.
bagaimana pun diluar begitu ributnya,

mungkin kau dilindungiNya
setiap hari diwarnai lima adzan
dimasuki orang-orang penerima seruan
dilukisi dhuha dan syair-syair ilahi

Berharap kau tidak berubah padaku,
tetap seperti ini,
tetap yang kurindui,
yang kucari dan yang kutemui,
Pertanda aku tetap berdiri.



14 october 2011 11:16
di sudut mushala amanah, ketika melihat ada saudara yang khusuk dalam tangis panjangnya ^^ menunggu FA FKPWI ^

Tuesday 14 June 2011

Saksikan Aku Seorang "LEBAY"

Diantara kita pasti pernah mendengar cerita rakyat dari Sumatera Barat yang berjudul “Lebai Malang”.

Dikisahkan bahwa seorang yang dipanggil dengan sebutan “Lebai” diundang untuk memimpin doa acara hajatan di dua kampung sekaligus. Namun, acara tersebut dilakukan dalam satu waktu serentak.

Jarak antara dua buah kampung itu pun sangat jauh. Kampung yang pertama terletak di hulu, sedangkan yang kedua berada di daerah hilir. Ada banyak versi mengenai cerita ini.

Salah satunya, beliau di undang di hulu sebagai pemimpin doa dengan imbalan akan mendapatkan dua buah kepala kambing yang digulai, sedangkan di hilir dia akan mendapatkan sebuah kepala kerbau.

Si “Lebai” pun segera mengayuh perahunya menuju hulu sungai, namun di tengah jalan dia berubah fikiran kemudian mengubah haluan menuju hilir. Setelah hampir sampai di hilir beliau mendengar dari beberapa orang di daerah itu bahwa kerbau yang disembelih sangat kurus. Akhirnya dia mengubah haluan lagi menuju hulu.

Tak dinyana, sampainya si “Lebai” di hulu. Ternyata para tamu undangan sudah pulang, dan acara hajatan juga sudah selesai. Dia pun segera cepat-cepat mendayung sampannya menuju hilir. Namun ternyata di sana acara hajatan juga telah selesai. Karena keserakahan akhirnya si “Lebai” tidak mendapatkan apapun dan pulang dengan seribu penyesalan.

Ini bukanlah kisah yang mendiskreditkan kata “lebai”. Memang dari kecil, kami di Medan sudah sering mendengarkan kata “lebai”. Lebai yang akrab di telinga kami adalah seorang yang biasa memimpin doa jika ada acara hajatan, tasyakuran, ataupun kematian.

Lebai juga gelar terhormat karena bagi orang-orang yang memiliki gelar ini berarti juga dia lebih banyak tahu mengenai ilmu agama. Bisa juga digunakan buat orang yang sudah haji, atau buat orang yang selalu memakai kopiah putih. Kami biasanya menyebut mereka dengan pak “Lebai”

Jika kita merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia akan kita temukan kata lebai (ejaan yang benar sesuai EYD bukan “lebay” dengan huruf terakhir “Y” seperti yang sering digunakan sekarang) berarti pegawai masjid atau orang yg mengurus suatu pekerjaan yg bertalian dengan agama Islam di dusun (kampung). Jika demikian makna “LEBAI” yang kami kenal dulu sesuai dengan KBBI.

Akhir-akhir ini aku sering sekali mendengar kata “lebai”. Anehnya kata itu kini tidak lagi indah di dengar. Kata itu kini tidak lagi sakral. Mungkin anda semua juga sering menemukan kata “lebai” ini. Lihat saja di FB (fesbuk). Biasanya kalo ada yang nulis status “Hari Baru Semangat Baru” terkadang ada yang suka komentar “Ah.. Lebay loe!”. Biasanya status-status bernada serupa yang bernada motivasi, hikmah, nasehat tak pernah lepas dari komentar-komentar yang juga bernada serupa. “Jangan lebay lah..”

Entah siapa yang memulai mengganti makna “lebai” yang dulunya sangat terhormat dan mulia sehingga bergeser dan dimaknai menjadi gelar buat orang-orang yang sok suci atau munafik. Akibatnya banyak orang-orang kini enggan berkata-kata terpuji, berucap dengan ucapan yang baik, bertutur dengan budi bahasa yang sopan. Karena akan langsung di”sosor” dengan kalimat “halah lebay..!”

Pastinya (sepengetahuanku) pergeseran makna yang dulunya bermakna mulia dan berubah menjadi celaan juga pernah terjadi pada zaman nabi Mulia kita Muhammad SAW. Di al-Quran dalam surat al-Baqarah ayat 104 disebutkan:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): "Raa'ina", tetapi Katakanlah: "Unzhurna", dan "dengarlah". dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih”

“Raa 'ina” berarti: sudilah kiranya kamu memperhatikan kami. Di saat para sahabat menyebut kata Ini kepada Rasulullah, orang-orang Yahudi pun memakai kata yang serupa dengan digumam seakan-akan menyebut “Raa'ina” padahal yang mereka katakan ialah Ru'uunah yang berarti pandir atau kebodohan yang sangat, sebagai ejekan kepada Rasulullah. Itulah sebabnya Allah menyuruh supaya sahabat-sahabat menukar perkataan “Raa'ina” dengan “Unzhurna” yang juga sama artinya dengan “Raa'ina” yaitu perhatikanlah kami.

Bukankah ini adalah jalan pemikiran yang sama dengan orang-orang yahudi di zaman Rasul SAW? Kata lebai kini pun sudah bergeser makna menjadi kata untuk mencela orang lain.

Sekarang ini kata “lebai” ini sangat trend dan populer. Dan mungkin akan sangat berbahaya jika menjadi sebuah keyakinan atau anggapan bahwa tidak ada lagi orang baik, tidak ada lagi orang shalih, tidak ada lagi kata-kata hikmah. Semuanya hanya omong kosong, sok suci, munafik.

“INNA LILLAH..!

Memang benar. Kita dilarang memuji dan menganggap diri kita adalah orang suci bahkan kita disuruh untuk selalu mengoreksi diri, rendah hati, dan tidak menganggap diri kita yang pantas masuk surga. Nabi yang ma’shum, tidak mempunyai dosa saja beristighfar minimal 100 kali dalam sehari. Apalagi kita yang bergelimang dosa dan noda ini. Dalam surat an-Najm ayat 32 Allah sebutkan:

“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dia(Allah)lah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa”.

Tapi, bukankah sangat naïf? Jika kita harus berhenti saling menasehati dalam kebaikan, berucap dengan ucapan yang mulia hanya karena kita tidak ingin disebut orang-orang yang berlagak suci. Lantas, apa lagi kebaikan yang akan kita temukan dalam dunia ini?

Jikapun memang dalam anggapan kita beberapa orang mungkin terlihat “lebai” (dengan makna yang populer sekarang) dan memang kenyataannya dia merupakan orang yang sok suci, tidak adakah kebaikan yang mungkin kita ambil darinya?

Karena Lisan nabi yang mulia itu pernah berucap “hikmah adalah barang milik orang mukmin yang tercecer” bahkan walaupun orang kafir yang berucap, namun jika itu adalah hikmah, kita dituntut mengambilnya. Tanpa harus melihat orang yang bicara. Apalagi jika ucapan-ucapan itu benar-benar muncul dari lubuk hati orang yang mengucapnya. Mungkin dia bukanlah orang baik, paling tidak dia hanya berusaha terlihat baik dan ingin menjadi lebih baik dengan ucapan-ucapannya.

Semoga kita semua, tidak ikut-ikutan mencontoh prilaku kaum nabi luth. Ketika Nabi Luth mengajak mereka menuju kebenaran. Dengan sombongnya mereka membalas:

"Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri." (al-A’raf: 82)

Saatnya kita introspeksi dan lagi-lagi berbenah. Dalam banyak hal kita sering salah bersikap dan menilai orang lain. Saatnya menghargai sekecil apapun pemberian, seremeh apapun ucapan. Karena sering kali banyak hal besar gagal kita raih karena meremehkan sesuatu yang kecil di mata kita.

Jika memang belum mampu berkata-kata mulia dan menyenangkan orang lain. Paling tidak, dengan diam dan tidak menyakiti hati orang lain dengan ucapan-ucapan tidak pantas itu lebih baik. Rasulullah bersabda: “Siapa saja yang beriman dengan Allah dan hari akhir maka hendaklah berkata-kata dengan kebaikan atau hendaklah dia diam” (HR: Bukhari & Muslim)



Kawan!

Jika memang dengan berlebai ria aku tidak menyakiti perasaan orang lain, jika memang dengan berlebai ria banyak orang yang bisa mengambil manfaat, jika memang dengan berlebai ria aku bisa terus introspeksi diri, atau bahkan mungkin dengan berlebai ria mengantarkanku ke surga. Maka, SAKSIKAN AKU SEORANG LEBAY!



Cairo 5 Juni 2011

by: Ahmad Syukri

dikutip di : eramuslim.com

Wednesday 1 June 2011

Pastinya,,, setelah kesulitan ada kemudahan....

banyak sekali hal yang telah menginspirasi ku untuk terus berjuang melakukan perubahan....

Allah sellau mengingat kan ku lewat surat cinta nya yang luar biasa....

^^

Tuesday 12 April 2011

Doa qalbu..

Di malam penuh bintang
Di atas sajadah yang ku bentang
Sedu sedan sendiri
Mengadu pada Yang Maha Kuasa

Betapa naif diriku ini
hidup tanpa ingat pada-Mu
Urat nadipun tahu aku hampa

Di malam penuh bintang
Di bawah sinar bulan purnama
Ku pasrahkan semua
Keluh dan kesah yang aku rasa

Sesak dadaku menangis pilu
Saat ku urai dosa-dosaku
Dihadapan-Mu ku tiada artinya

Doa qalbu tak bisa aku bendung
Deras bak hujan di gurun sahara
Hatiku yang gersang
Terasa oh tenteram

Hanya Engkau yang tahu siapa aku
Tetapkanlah seperti malam ini
Sucikan diriku
Selama-lamanya

Di malam penuh bintang
Di atas sajadah yang ku bentang
Sedu sedan sendiri
Mengadu pada Yang Maha Kuasa

Betapa naif diriku ini
hidup tanpa ingat pada-Mu
Urat nadipun tahu aku hampa

Doa qalbu tak bisa aku bendung
Deras bak hujan di gurun sahara
Hatiku yang gersang
Terasa oh tenteram

Hanya Engkau yang tahu siapa aku
Tetapkanlah seperti malam ini
Sucikan diriku
Selama-lamanya
Doa qalbuku



nb : subahanallah.. lagu ini menyentuh qu...

Tuesday 5 April 2011

Movie Review ( a task from Ms. Lina)

Title

Legally Blondes





I watched this movie more than 3 times.This movie is interesting and fascinating. So enjoy this movie review guys...

Synopsis

This movie is about an UK twin’s girl who have different characteristic. They name is Annie and Izzy. Annie likes soft pink, computer code, and a good book. Besides that, Izzy likes hot pink, a good debate, and anything on sale. Annie hates speaking in public whereas Izzy hates tests.

Because of their father`s job. They must move from UK to California. They feel very happy. In California, they live in their cousin’s house. Mr. Woods, their father, register his children to the Pacific Preparatory, the best school in America, with scholarship program.

In the Pacific Preparatory, story is starting. They are welcoming by Ms. Higins, the head master. Ms. Higins says that there are so many rules in the Pacific Preparatory hand book. They feel so surprise about it. After that, suddenly, they are as UK girl to be popular in the Pacific Preparatory. There are so many people like them because they are beautiful and kind. Because of that reason, Tiffani Dough hates them very much. Tiffani dough is a child from the biggest shareholder of the Pacific Preparatory.

Tiffani dislike to scholarship students. She thinks that scholarship students are lower class from poor families. At the first time Tiffani do not know that Annie and Izzy are scholarship students. After a few weeks, she knows about it. She feels victory and makes Annie and Izzy embarrass in front of all the Pacific Preparatory students. That incident makes them join to the group of scholarship in the Pacific Preparatory.

In that group, Annie and Izzy make group of scholarship become trend setter in fashions in Pacific Preparatory. Slowly but surely, they are success to make scholarship students not in lower class but high class in their school. Tiffani become more annoy than before to Annie and Izzy. She does everything to make Annie and Izzy resign from the Pacific Preparatory. But, she is never success to do it.

In the end of the story, Tiffani creates a problem that drags Izzy on trial in “The Student Council Member.” Izzi has accused of cheating in the exam history. Cheating is the most banned in their school. Annie and Izzy also gather evidence for Izzy not expelled from school. Finally, they could prove about Izzy`s innocence. Tiffani and her friends punished by resign from the Pacific Preparatory.

Moral value which I can take from this movie is we have to trust and support of our brother or sister, but still have to remind if he/she do something wrong. Because the fraternity is like one body, when one part of the wounded, others will feel pain as well. From this movie, we can also see Annie and Izzy also often have misconceptions, but they can think clearly to solve them.The most important part of value in this movie is the goodness and truth will always win.When Tiffani hate to Annie and Izzy, he was doing bad things. Unfortunately, in this world always apply the correct law will always win even if victory was achieved with a long process.
as a result Tiffani who suffered at the end of the story.

That is all the movie review guys... I hope you enjoy it, and after you read it, leave some comments and follow my blog please...

Thank you ^^

Tuesday 29 March 2011

Cinta adalah argumentasi yang shahih untuk menolak

“Bila seorang laki-laki yang kamu ridhai agama dan akhlaqnya meminang,” kata Rasulullah mengandaikan sebuah kejadian sebagaimana dinukil Imam At Tirmidzi, “Maka, nikahkanlah dia.” Rasulullah memaksudkan perkataannya tentang lelaki shalih yang datang meminang putri seseorang.

“Apabila engkau tidak menikahkannya,” lanjut beliau tentang pinangan lelaki shalih itu, “Niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang meluas.” Di sini Rasulullah mengabarkan sebuah ancaman atau konsekuensi jika pinangan lelaki shalih itu ditolak oleh pihak yang dipinang. Ancamannya disebutkan secara umum berupa fitnah di muka bumi dan meluasnya kerusakan.

Bisa jadi perkataan Rasulullah ini menjadi hal yang sangat berat bagi para orangtua dan putri-putri mereka, terlebih lagi jika ancaman jika tidak menurutinya adalah fitnah dan kerusakan yang meluas di muka bumi. Kita bisa mengira-ngira jenis kerusakan apa yang akan muncul jika seseorang yang berniat melamar seseorang karena mempertahankan kesucian dirinya dan dihalang-halangi serta dipersulit urusan pernikahannya. Inilah salah satu jenis kerusakan yang banyak terjadi di dunia modern ini, meskipun banyak di antara mereka tidak meminang siapapun.

“Saya,” katanya dengan aksen Madinah memperkenalkan diri pada pihak perempuan, “Adalah Abud Darda’.”

“Dan ini,” ujarnya seraya memperkenalkan si pelamar, “Adalah saudara saya, Salman Al Farisi.” Yang diperkenalkan tetap membisu. Jantungnya berdebar.

“Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya,” tutur Abud Darda’ dengan fasih dan terang.

“Adalah kehormatan bagi kami,” jawab tuan rumah atas pinangan Salman, ”Menerima Anda berdua, sahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang sahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada putri kami.” Yang dipinang pun ternyata berada di sebalik tabir ruang itu. Sang putri shalihah menanti dengan debaran hati yang tak pasti.



”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili putrinya.

”Tapi, karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah, saya menjawab bahwa putri kami menolak pinangan Salman.”



Ah, romansa cinta Salman memang jadi indah di titik ini. Sebuah penolakan pinangan oleh orang yang dicintainya, tapi tidak mencintainya. Salman harus membenturkan dirinya dengan sebuah hukum cinta yang lain, keserasaan. Inilah yang tidak dimiliki antara Salman dan perempuan itu. Rasa itu hanya satu arah saja, bukan sepasang.

Salman ditolak. Padahal dia adalah lelaki shalih. Lelaki yang menurut Ali bin Abi Thalib adalah sosok perbendaharaan ilmu lama dan baru, serta lautan yang tak pernah kering. Ia memang dari Persia, tapi Rasulullah berkata tentangnya,

“Salman Al Farisi dari keluarga kami, ahlul bait.” Lelaki yang bertekad kuat untuk membebaskan dirinya dari perbudakan dengan menebus diri seharga 300 tunas pohon kurma dan 40 uqiyah emas. Lelaki yang dengan kecerdasan pikirnya mengusulkan strategi perang parit dalam Perang Ahzab dan berhasil dimenangkan Islam dengan gemilang. Lelaki yang di kemudian hari dengan penuh amanah melaksanakan tugas dinasnya di Mada’in dengan mengendarai seekor keledai, sendirian. Lelaki yang pernah menolak pembangunan rumah dinas baginya, kecuali sekadar saja. Lelaki yang saking sederhana dalam jabatannya pernah dikira kuli panggul di wilayahnya sendiri. Lelaki yang di ujung sekaratnya merasa terlalu kaya, padahal di rumahnya tidak ada seberapa pun perkakas yang berharga. Lelaki shalih ini, Salman Al Farisi, ditolak pinangannya oleh perempuan yang dicintanya.

Salman ditolak. Alasannya ternyata sederhana saja. Dengarlah.

“Namun, jika Abud Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka putri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan,” kata si ibu perempuan itu melanjutkan perkataannya. Anda mengerti? Si perempuan shalihah itu menolak lelaki shalih peminangnya karena ia mencintai lelaki yang lain. Ia mencintai si pengantar, Abud Darda’. Cinta adalah argumentasi yang shahih untuk menolak.



Ada juga kisah cinta yang lain. Abu Bakar Ash Shiddiq meminang Fathimah binti Muhammad kepada Rasulullah. Ia ingin mempererat kekerabatannya dengan Sang Rasul dengan pinangan itu. Saat itu usia Fathimah menjelang delapan belas tahun. Ia menjadi perempuan yang tumbuh sempurna dan menjadi idaman para lelaki yang ingin menikah. Keluhuran budi, kemuliaan akhlaq, kehormatan keturunan, dan keshalihahan jiwa menjadi penarik yang sangat kuat.

“Saya mohon kepadamu,” kata Abu Bakar kepada Rasulullah sebagaimana dikisahkan Anas dalam Fatimah Az Zahra, “Sudilah kiranya engkau menikahkan Fathimah denganku.” Dalam riwayat lain, Abu Bakar melamar melalui putrinya sekaligus Ummul Mukminin Aisyah.

Mendapat pinangan dari lelaki shalih itu, Rasulullah hanya terdiam dan berpaling. “Sesungguhnya, Fathimah masih kecil,” kata beliau dalam riwayat lain. “Hai Abu Bakar, tunggulah sampai ada keputusan,” kata Rasulullah. Yang terakhir ini diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d dalam Ath Thabaqat. Maksud Rasulullah dengan menunggu keputusan adalah keputusan dari Allah atas kondisi dan keadaan itu, apakah menerima pinangan itu atau tidak.

Ketika Umar bin Khathab mendengar cerita ini dari Abu Bakar langsung, ia mengatakan, “Hai Abu Bakar, beliau menolak pinanganmu.”

Kemudian Umar mengambil kesempatan itu. Ia mendatangi Rasulullah dan menyampaikan pinangannya untuk menikahi Fathimah binti Muhammad. Tujuannya tidak terlalu berbeda dengan Abu Bakar. Bahkan jawaban yang diberikan Rasulullah kepada Umar pun sama dengan jawaban yang diberikan kepada Abu Bakar.

“Sesungguhnya, Fathimah masih kecil,” ujar beliau. “Tunggulah sampai ada keputusan,” kata Rasulullah.

Ketika Abu Bakar mendengar cerita ini dari Umar bin Khathab langsung, ia mengatakan, “Hai Umar, beliau menolak pinanganmu.”

Kita bisa membayangkan itu? Dua orang lelaki paling shalih di masa hidup Rasulullah pun ditolak pinangannya. Abu Bakar adalah sahabat paling utama di antara seluruh sahabat yang ada. Kepercayaannya kepada Islam dan kerasulan begitu murni, tanpa reverse ataupun setitis keraguan. Karena itulah ia mendapat julukan Ash Shiddiq. Ia adalah lelaki yang disebutkan Al Qur’an sebagai pengiring jalan hijrah Rasulullah di dalam gua. Ia adalah dai yang banyak memasukkan para pembesar Mekah dalam pelukan Islam. Ia adalah pembebas budak-budak muslim yang senantiasa tertindas. Ia adalah lelaki yang menginfakkan seluruh hartanya untuk jihad, dan hanya menyisakan Allah dan Rasul-Nya bagi seluruh keluarganya. Ia adalah orang yang ingin diangkat sebagai kekasih oleh Rasulullah. Ia adalah salah satu lelaki yang telah dijamin menginjakkan tumitnya di kesejukan taman jannah. Namun, lelaki shalih ini ditolak pinangannya secara halus oleh Rasulullah.

Sementara, siapa tidak mengenal lelaki shalih lain bernama Umar bin Khathab. Ia adalah pembeda antara kebenaran dan kebathilan. Ia dan Hamzah lah yang telah mengangkat kemuliaan kaum muslimin di masa-masa awal perkembangannya di Mekah. Ia lelaki yang seringkali firasatnya mendahului turunnya wahyu dan ayat-ayat ilahi kepada Rasulullah. Ia adalah lelaki yang dengan keberaniannya menantang kaum musyrikin saat ia akan berangkat hijrah, ia melambungkan nama Islam. Ia lelaki yang sangat mencintai keadilan dan menegakkannya tatkala ia menggantikan posisi Rasulullah dan Abu Bakar di kemudian hari. Ia pula yang di kemudian hari membuka kunci-kunci dunia dan membebaskan negeri-negeri untuk menerima cahaya Islam. Namun, lelaki shalih ini ditolak pinangannya secara halus oleh Rasulullah.

Mari kita simak kenapa pinangan dua lelaki shalih ini ditolak Rasulullah. Ketika itu, Ali bin Abi Thalib datang menemui Rasulullah. Shahabat-shahabatnya dari Anshar, keluarga, bahkan dalam sebuah riwayat termasuk pula dua lelaki shalih terdahulu mendorongnya untuk datang meminang Fathimah binti Muhammad kepada Rasulullah. Ia menemui Rasulullah dan memberi salam.

“Hai anak Abu Thalib,” sapa Rasulullah pada Ali dengan nama kunyahnya, ”Ada perlu apa?”

Simaklah jawaban lugu yang disampaikan Ali kepada Rasulullah sebagaimana dinukil Ibnu Sa’d dalam Ath Thabaqat.

“Aku terkenang pada Fathimah binti Rasulullah,” katanya lirih hampir tak terdengar. Dengar dan rasakan kepolosan dan kepasrahan dari setiap diksi yang terucap dari Ali bin Abi Thalib itu. Kepolosan dan kepasrahan seorang pecinta akan cintanya yang demikian lama. Ia menggunakan pilihan kata yang sangat lembut di dalam jiwa, “Terkenang.” Kata ini mewakili keterlamaan rasa dan gelora yang terpendam, bertunas menembus langit-langit realita, transliterasi rasa.

“Ahlan wa sahlan!” kata Rasulullah menyambut perkataan Ali. Senyum mengiringi rangkaian kata itu meluncur dari bibir mulia Rasulullah. Kita tidak usah sebingung Ali memahami jawaban Rasulullah. Jawaban itu bermakna bahwa pinangan Ali diterima oleh Rasulullah seperti yang dipahami rekan-rekan Ali.

Mari kita biarkan Ali dengan kebahagiaan diterima pinangannya oleh Rasulullah. Mari kita melihat dari perspektif yang lebih fokus untuk memahami penolakan pinangan dua lelaki shalih sebelumnya dan penerimaan lelaki shalih yang ini. Kita boleh punya pendapat tersendiri tentang masalah ini.

Ketika Rasulullah menjelaskan alasan kepada Abu Bakar dan Umar berupa penolakan halus, kita tidak bisa menerimanya secara letter lijk. Sebab bisa jadi itu adalah bahasa kias yang digunakan Rasulullah. Misalnya ketika Rasulullah mengatakan bahwa Fathimah masih kecil, tentu saja ini tidak bisa diterjemahkan sebagai kecil secara harfiah, sebab saat itu usia Fathimah sudah hampir delapan belas tahun. Sebuah usia yang cukup matang untuk ukuran masa itu dan bangsa Arab. Sementara Rasulullah sendiri berumah tangga dengan Aisyah pada usia setengah usia Fathimah saat itu. Maka, kita harus memahami kalimat penolakan itu sebagai bahasa kias.

Saat Rasulullah meminta Abu Bakar dan Umar bin Khathab untuk menunggu keputusan, ini juga diterjemahkan sebagai penolakan sebagaimana dipahami dua lelaki shalih itu. Jadi, pernyataan Rasulullah itu bukan pernyataan untuk menggantung pinangan, sebab jika pinangan itu digantung, tentu saja Umar dan Ali tidak boleh meminang Fathimah. Pernyataan itu adalah sebuah penolakan halus.

Atau bisa jadi, saat itu Rasulullah punya harapan lain bahwa Ali bin Abi Thalib akan melamar Fathimah. Beliau tahu sebab sejak kecil Ali telah bersamanya dan banyak bergaul dengan Fathimah. Interaksi yang lama dua muda mudi sangat potensial menumbuhkan tunas cinta dan memekarkan kuncup jiwanya. Ini dibuktikan dari pernyataan Rasulullah untuk meminta dua lelaki shalih itu menunggu keputusan Allah tentang pinangannya. Jadi, dalam hal ini kemungkinan Rasulullah mengetahui bahwa putrinya dan Ali telah saling mencintai. Sehingga Rasulullah pun punya harapan pada keduanya untuk menikah. Rasulullah hanya sedang menunggu pinangan Ali. Di masa mendatang sejarah membuktikan ketika Ali dan Fathimah sudah menikah, ia berkata kepada Ali, suaminya,

“Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda.” Saya yakin kita tahu siapa yang dimaksud oleh Fathimah. Ini perspektif saya.

Hal ini diperkuat oleh pernyataan singkat Ali, “Aku terkenang pada Fathimah binti Rasulullah.” Satu kalimat itu sudah mewakili apa yang diinginkan Ali. Rasulullah sangat memahami ini. Beliau adalah seseorang yang sangat peka akan apa-apa yang diinginkan orang lain dari dirinya. Beliau memiliki empati terhadap orang lain dengan demikian kuat. Beliau memahami bentuk sempurna keinginan seseorang seperti Ali dengan beberapa kata saja.

Dan jawaban Rasulullah pun menunjukkan hal yang serupa, “Ahlan wa sahlan!” Ungkapan sambutan selamat datang atas sebuah penantian.

Jadi, dengan perspektif ini, kita akan memahami bahwa lelaki shalih yang datang untuk meminang bisa ditolak pinangannya, tanpa akan menimbulkan fitnah di muka bumi ataupun kerusakan yang meluas. Wanita shalihah yang dipinang Salman Al Farisi telah menunjukkan kepada kita, bahwa ia mencintai Abud Darda’ dan menolak pinangan lelaki shalih dari Persia itu. Rasulullah pun telah menunjukkan pada kita bahwa ia menolak pinangan dua lelaki tershalih di masanya karena Fathimah mencintai lelaki shalih yang lain, Ali Bin Abu Thalib. Di sini, kita belajar bahwa cinta adalah argumentasi yang shahih untuk menolak, dan cinta adalah argumentasi yang shahih untuk mempermudah jalan bagi kedua pecinta berada dalam singgasana pernikahan.



Mari kita dengarkan sebuah kisah yang dikisahkan Ibnu Abbas dan diabadikan oleh Imam Ibnu Majah. Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah. “Wahai Rasulullah,” kata lelaki itu,

“Seorang anak yatim perempuan yang dalam tanggunganku telah dipinang dua orang lelaki, ada yang kaya dan ada yang miskin.”

“Kami lebih memilih lelaki kaya,” lanjutnya berkisah, “Tapi dia lebih memilih lelaki yang miskin.” Ia meminta pertimbangan kepada Rasulullah atas sikap yang sebaiknya dilakukannya.

“Kami,” jawab Rasulullah,

“Tidak melihat sesuatu yang lebih baik dari pernikahan bagi dua orang yang saling mencintai, lam nara lil mutahabbaini mitslan nikahi.”

Cinta adalah argumentasi yang shahih untuk menolak. Di telinga dan jiwa lelaki ini, perkataan Rasulullah itu laksana setitis embun di kegersangan hati. Menumbuhkan tunas yang hampir mati diterpa badai kemarau dan panasnya bara api. Seakan-akan Rasulullah mengatakannya khusus hanya untuk dirinya. Seakan-akan Rasulullah mengingatkannya akan ikhtiar dan agar tiada sesal di kemudian hari.

“Cinta itu,” kata Prof. Dr. Abdul Halim Abu Syuqqah dalam Tahrirul Ma’rah fi ‘Ashrir Risalah, “Adalah perasaan yang baik dengan kebaikan tujuan jika tujuannya adalah menikah.” Artinya yang satu menjadikan yang lainnya sebagai teman hidup dalam bingkai pernikahan.

Dengan maksud yang serupa, Imam Al Hakim mencatat bahwa Rasulullah bersabda tentang dua manusia yang saling mencintai. “Tidak ada yang bisa dilihat (lebih indah) oleh orang-orang yang saling mencintai,” kata Rasulullah, “Seperti halnya pernikahan.” Ya, tidak ada yang lebih indah. Ini adalah perkataan Rasulullah. Dan lelaki ini meyakini bahwa perkataan beliau adalah kebenaran. Karena bagi dua orang yang saling mencintai, memang tidak ada yang lebih indah selain pernikahan. Karena cintalah yang menghapus fitnah di muka bumi dan memperbaiki kerusakan yang meluas, insya Allah.


note :

berbicara tentang cinta membuatku malu akan perasaan ku sendiri ^^

Friday 25 March 2011

TOURISM CIRCLE

Carut marut kondisi perpolitikan dan perekonomian Indonesia akhir-akhir ini membuat masalah stategis yang lainnya seperti terabaikan. Perhatian pemberitaan seperti terfokus untuk membicarakan kondisi tersebut. Padahal ada sektor yang dapat membangkitkan pencitraan Indonesia yaitu sektor pariwisata.
Indonesia sejak masa Presiden Soekarno hingga saat ini pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pariwisata selalu menjadi sektor yang terus dikembangkan pemerintah. Terbukti dengan DPR RI telah menetapkan UU No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan yang menggantikan UU No. 9 Tahun 1990. UU tersebut bertujuan untuk mendorong usaha kecil dan menengah agar dapat membantu terciptanya industri pariwisata. Hanya saja undang-undang tersebut belum dapat membangkitkan geliat pariwisata Indonesia secara maksimal.
Pariwisata sebagai salah satu sumber devisa negara, selayaknya mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak bukan hanya pemerintah. Bagaimana tidak, Indonesia dengan sejuta lahan pariwisata, sangat disayangkan apabila tidak dikelola dengan baik. Yang diperlukan disini adalah memanfaatkan sumber daya yang ada terutama sumber daya manusia untuk mengelola sekitarnya.
Tourism circle bisa menjadi solusi cerdas untuk mengembangkan sektor pariwisata. Pemerintah pusat memberikan wewenang kepada pemerintah daerah dengan seluas-luasnya untuk mengembangkan sektor pariwisata masing-masing dalam bentuk otonomi pariwisata. Dengan wewenang tersebut, masing-masing daerah dapat mengembangkan parwisata dengan memberdayakan secara penuh masyarakat sekitar daerah tersebut. Dengan pemberdayaan, masyarakat akan mendapatkan keuntungan dari pariwisata daerahnya dan secara otomatis akan menguntungkan negara atau pemerintah. Sehingga dengan pola tersebut akan membentuk tourism circle atau sebuah lingkaran pariwisata yang dapat mengembangkan sektor pariwisata di Indonesia.
Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan sosialisasi dan kampanye sadar pariwisata kepada masyarakat, agar masyarakat dapat mengetahui manfaat atau pun pentingnya pengembangan pariwisata bagi negara dan terutama bagi perekonomian masyarakat itu sendiri. Saat ini yang sering didapatkan oleh masyarakat adalah sosialisasi kesehatan, sangat jarang atau hampir tidak pernah masyarakat memperoleh sosialisasi peduli pariwisata. Padahal, pariwisata adalah sektor stategis untuk pencitraan dan perekonomian masyarakat Indonesia yang lebih baik. Sosialisasi pariwisata tersebut juga dapat dijadikan ajang dengar pendapat dan masalah yang dihadapi masyarakat mengenai bagaimana pariwisata bisa lebih baik lagi di masa datang.
Selain itu perbaikan dan pembaharuan segala fasilitas, sarana maupun prasarana daerah wisata menjadi hal yang penting. Dengan kerjasama masyarakat dan pemerintah, masing-masing daerah wisata dapat memberikan fasilitas, sarana maupun prasarana sesuai dengan keunikan daerah masing-masing. Sehingga tergambar Indonesia yang beragam suku, etnis dan budaya.
Hal terpenting lainnya adalah pengaruh tekhnologi yang berkembang saat ini. Di Era globalisasi, saat semua tekhnologi dapat memudahkan dan mempengaruhi berbagai kegiatan dalam kehidupan manusia, hal ini seharusnya dimanfaatkan untuk mempromosikan dan memasarkan pariwisata daerah di seluruh Indonesia. Melalui media masa baik cetak maupun elektronik, pariwisata seharusnya dapat dipromosikan secara besar-besaran sehingga daerah pariwisata akan dikunjungi oleh wisatawan dalam maupun luar negeri. Akan lebih baik jika pemerintah mengeluarkan sebuah saluran televisi yang khusus mempromosikan betapa Indonesia memiliki banyak lahan pariwisata. Sehingga fokus pemberitaan bukan hanya pada keadaan Indonesia yang mengalami masalah politik dan ekonomi, tapi beralih juga kepada kondisi alam dan lingkungan Indonesia yang indah dan kaya budaya.
Pada akhirnya, Visit Indonesia Year bukan hanya sebagai brand image atau slogan bagi pariwisata Indonesia saja tetapi menjadi realisasi bahwa Indonesia sebagai pusat kunjungan wisatawan di seluruh dunia.


Rahmi Fadilah
Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris
Universitas Negeri Padang


note : tulisan yang rencananya akan dikirim ke salah satu koran ternama di Indonesia,, tapi ketika akan dikirim, temanya sudah ganti :D ^^
 
Copyright MyRahmi 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .